Refleksi HPSN 2025 di Kepulauan Selayar: Menjaga Mangrove, Merawat Kehidupan

Ahmad Riadi
Kegiatan penanaman dan bersih mangrove dalam rangka Hari Peduli Sampah Nasional (HPSN) 2025 di Kepulauan Selayar. (Foto: Istimewa)
Kegiatan penanaman dan bersih mangrove dalam rangka Hari Peduli Sampah Nasional (HPSN) 2025 di Kepulauan Selayar. (Foto: Istimewa)

SELAYAR, Quarta.id- Ada yang istimewa dari peringatan Hari Peduli Sampah Nasional (HPSN) tahun ini bagi Kepulauan Selayar.

Salah satu desa di Kecamatan Bontoharu, yakni Bontosunggu yang berjarak sekitar 10 km dari Kota Benteng, ditunjuk sebagai salah satu titik aksi Bersih Mangrove dalam rangka HPSN 2025.

Selain di Kepulauan Selayar, kegiatan serupa dilaksanakan juga di 7 lokasi lainnya di Indonesia pada waktu bersamaan, Kamis (27/2/2025).

BACA JUGA: 8 Lokasi di Indonesia Jadi Titik Aksi Bersih Mangrove dalam Rangka HPSN, Salah Satunya di Kepulauan Selayar

Ditunjuknya kawasan mangrove di Desa Bontosunggu tersebut, dapat dilihat dalam pendekatan strategis.

Kepulauan Selayar adalah daerah pesisir dengan karakter yang khas, termasuk dalam hal kerawanan pada peristiwa alam, seperti bencana dan dampak perubahan iklim yang menjadi perhatian dunia dalam beberapa waktu terakhir.

Abrasi, kerusakan ekosistem laut akibat pencemaran, banjir dan terus menurunnya kualitas lingkungan yang secara langsung dan tidak langsung berpengaruh pada kehidupan manusia, adalah hal krusial yang setidaknya perlu menjadi perhatian semua pihak.

BACA JUGA: Hari Pariwisata Dunia: Kampung Penyu dan Ancaman Nyata Pemanasan Global

Dan keberadaan mangrove atau bakau, menjadi sangat penting saat kondisi bumi terus mengalami degradasi seperti saat ini.

Merujuk data Badan Pusat Statistik per Desember 2021, luas ekosistem mangrove atau bakau di Indonesia mencapai 3,63 juta hektare (Ha) atau 20,37 persen dari total dunia.

Demikian dikutip dari laman setneg.go.id yang dipublikasi pada 2022 lalu.

Papua menjadi menjadi pulau dengan ekosistem mangrove terluas mencapai 1,63 juta Ha, disusul Sumatera 892,835 Ha, Kalimantan 630.913 Ha. Adapun Bali menjadi pulau dengan ekosistem mangrove terkecil yakni seluas 1.894 Ha.

BACA JUGA: Sukacita Perayaan Kemerdekaan dan Ironi Indonesia di Kampung Lengu

Laman yang sama menyebut, luasan itu menjadikan Indonesia sebagai negara dengan hutan mangrove terluas di dunia. Menyusul Brasil di posisi kedua dengan 1,3 juta Ha, lalu diikuti Nigeria (1,1 juta Ha), Australia (0,97 juta Ha), dan Bangladesh (0,2 juta Ha).

Di Kepulauan Selayar terdapat beberapa titik kawasan mangrove, diantaranya di Pulau Pasi Gusung, Dusun Matalalang dan di Desa Bontosunggu sendiri.

Aksi pada Hari Peduli Sampah Nasional yang peringatannya jatuh pada setiap tanggal 21 Februari, setidaknya menjadi refleksi untuk menjaga mangrove dari berbagai ancaman, termasuk sampah plastik yang bisa memberi pengaruh negatif pada tumbuh kembang mangrove.

BACA JUGA: Peringati HPSN, Dua Komunitas di Selayar Edukasi Anak Muda Jadi Pelopor Gaya Hidup Zero Waste

Diluar itu, kesadaran bersama harus terus didorong untuk mengupayakan keberadaan mangrove yang berkelanjutan.

Betapa tidak, dari berbagai kajian, keberadaan mangrove memiliki manfaat yang sangat penting untuk bumi dan keberlangsungan hidup manusia.

Website Fakultas Pertanian Universitas Medan Sumatra Utara faperta.umsu.ac.id  memberi gambaran sejuta manfaat mangrove bagi kehidupan manusia.

Perlindungan pesisir

Hutan mangrove berfungsi sebagai benteng alami yang melindungi pesisir dari erosi dan serangan gelombang besar. Akar-akar mangrove yang kuat membantu menjaga stabilitas tanah di sekitar garis pantai.

Pengendalian banjir

Hutan mangrove berperan dalam menyerap air dan memperlambat aliran air pasang, sehingga dapat membantu mengurangi risiko banjir di daerah pesisir.

Penyaringan air

Akar dan tumbuhan mangrove berfungsi sebagai penyaring alami, membantu menyaring limbah dan polutan dari air yang mengalir melalui ekosistem hutan mangrove sebelum mencapai lautan.

Penyimpanan karbon

Hutan mangrove merupakan salah satu ekosistem yang sangat efisien dalam menyimpan karbon. Tanaman mangrove dapat menyerap dan menyimpan jumlah karbon yang besar, membantu mengurangi konsentrasi gas rumah kaca di atmosfer dan berperan dalam mitigasi perubahan iklim.

Keanekaragaman hayati

Hutan mangrove adalah rumah bagi berbagai spesies tumbuhan dan hewan yang khas. Ekosistem mangrove menyediakan habitat yang penting bagi berbagai jenis burung, ikan, kepiting, dan organisme lainnya. Ini juga berkontribusi pada keanekaragaman hayati global.

Sumber mata pencaharian

Hutan mangrove memberikan sumber mata pencaharian bagi komunitas lokal, seperti nelayan, petani garam, dan pengumpul kerang.

BACA JUGA: Pasi Gusung Eco Tourism: Usung Pariwisata Berkelanjutan, Tawarkan Konsep One Stop Destination

Mangrove juga memiliki potensi untuk pengembangan ekowisata, yang dapat memberikan peluang ekonomi bagi masyarakat setempat.

Pada beberapa wilayah kayu mangrove yang kuat dan tahan air sering digunakan sebagai bahan konstruksi, pembuatan perabot, dan bahan bakar kayu oleh masyarakat di sekitarnya.

Fakta-fakta ini semestinya menjadi highlight untuk menjadikan aksi bersih mangrove pada HPSN tahun ini, bukan sebagai seremoni semata, tetapi menjadi titik penting dalam membangun kesadaran masif, bahwa menjaga mengarove berarti menjaga keberlangsungan hidup dan peradaban manusia.

Ikuti Kami :
Posted in

BERITA LAINNYA

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

WhatsApp-Image-2024-01-11-at-07.35.08