Camat Bontoharu Curhat Soal Wisata Mangrove Matalalang, Dulu Jadi Primadona, Kini Nyaris Tidak Terurus, Ini Penyebabnya!

Ahmad Riadi
Pemandangan di objek wisata Mangrove Matalalang di Kecamatan Bontoharu, beberapa tahun lalu saat masih ramai diknjungi warga. (Foto: Istimewa)
Pemandangan di objek wisata Mangrove Matalalang di Kecamatan Bontoharu, beberapa tahun lalu saat masih ramai diknjungi warga. (Foto: Istimewa)

BONTOHARU, Quarta.id- Camat Bontoharu, Andi Batara Gau menyampaikan keprihatinannya terkait kondisi objek wisata mangrove di Matalalang, Kecamatan Bontoharu, yang menurutnya nyaris tidak terurus.

Batara Gau menyebut persoalan keterbatasan anggaran menjadi salah satu faktor, objek wisata yang dulu pernah menjadi primadona para wisatawan itu, kinI tak lagi banyak didatangi.

BACA JUGA: Refleksi HPSN 2025 di Kepulauan Selayar: Menjaga Mangrove, Merawat Kehidupan

Menurutnya, anggaran yang minim menjadikan pengembangan objek wisata yang berjarak 3 km arah Selatan Kota Benteng itu, menjadi terhambat.

Pemasukan dari retribusi dan biaya untuk perbaikan dan rehabilitasi beberapa komponen di dalam kawasan, relatif tidak berimbang.

“Penganggaran di kelurahan dan pemerintah daerah, juga belum dapat terealisasi akibat kebijakan efisiensi,” ucap Batara saat menjadi pembicara sosialisasi Gerakan Wisata Bersih (GWB0 di Matalalang, Rabu (27/8/2025).

BACA JUGA: Yayasan LINI dan Pegiat Lingkungan di Kepulauan Selayar Dorong Penguatan Tata Kelola Sampah pada Kawasan Pesisir

Batara Gau berharap segera dapat mencari jalan keluar agar Kawasan Mangrove Matalalang segera dibenahi.

“Semoga ada pihak swasta yang tergerak untuk memberikan dukungan, baik penganggaran ataupun hal lain untuk pembenahan wisata mangrove Matalalang,” harapnya.

Saat Quarta.id menyambangi lokasi dimaksud, tak ada aktivitas berarti dalam kawasan yang masuk pada wilayah Kelurahan Bontobangun tersebut.

BACA JUGA: Wujudkan Visi Sustainable Tourism, Disparbud Kepulauan Selayar Rancang Gerakan Wisata Bersih

Tak ada penjaga, bahkan beberapa fasilitas, seperti bangunan yang dulu digunakan untuk cafe serta kedai kopi, sudah tidak terisi.

Pada beberapa bagian dalam lokasi, juga dipenuhi oleh sampah plastik yang berada di sela-sela barisan pohon mangrove yang menjadi ciri khas objek wisata tersebut.

Ikuti Kami :
Posted in

BERITA LAINNYA

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

WhatsApp-Image-2024-01-11-at-07.35.08