Duh, Aktivitas Warga Kepulauan Selayar Ini Berpotensi Ganggu Ekosistem Laut, Peneliti CSERM-UNAS: Sebaiknya Dihindari

Citra Wardhani
Lamun atau di Kepulauan Selayar disebut Pama. Beberapa aktivitas warga lokal disebut berpotensi merusak keberadaan padang lamun. (Foto: unair.ac.id)
Lamun atau di Kepulauan Selayar disebut Pama. Beberapa aktivitas warga lokal disebut berpotensi merusak keberadaan padang lamun. (Foto: unair.ac.id)

SELAYAR, Quarta.id- Beberapa aktivitas warga di Kepulauan Selayar disebut berpotensi merusak ekosistem laut, terutama keberadaan padang lamun atau oleh masyarakat Kepulauan Selayar disebut Pama.

Peneliti dari Center for Sustainable Energy and Resources Management (CSERM) Universitas Nasional (UNAS), Qurratu Ainin kepada Quarta.id menyampaikan, aktivitas penangkapan ikan menggunakan jaring/trawl berisiko tinggi merusak lamun.

Di Kepulauan Selayar, praktik dimaksud diantaranya pada kegiatan penangkapan ikan atau hewan laut menggunakan jaring berbentuk segitiga dengan penopang berupa material kayu atau bambu pada tiap sisinya.

BACA JUGA: Menengok Aktivitas CSERM-UNAS di Selayar, Kembangkan Budidaya Teripang Secara Berkelanjutan

“Jika dilakukan dalam frekuensi yang tinggi, risiko kerusakan lamun akan semakin tinggi,” ungkap Qurratu yang merupakan Project Manager CSERM-UNAS pada aktivitas budidaya teripang di Kepulauan Selayar.

Pada beberapa wilayah di Kepulauan Selayar, aktivitas ini disebut A’ndari atau Nyogoro. alat dimaksud didorong langsung pada permukaan lamun sehingga ikan atau hewan laut akan masuk dan terjebak di dalam jaring.

“Kegiatan ini seraing dilakukan warga di kampung kami, meskipun berangsur mulai ditinggalkan karena kondisi ketersediaan ikan dan kerang di lamun yang mulai berkurang,” ungkap Irsan Nur (26 tahun), warga Kecamatan Bontosikuyu kepada Quarta.id, Selasa (27/8/2024).

BACA JUGA: BPSPL Makassar Latih Komunitas Lingkungan di Kepulauan Selayar Selamatkan Mamalia Laut Terdampar

Sementara itu, Muhammad Kasim (47 tahun), warga Desa Maharayya, Kecamatan Bontomate’ne menyebut, kegiatan Nyogoro memang menjadi aktivitas rutin warga kampung mereka saat air surut.

“Biasanya kegiatan nyogoro dilakukan pada malam hari saat air sedang surut,” ungkap Kasim kepada Quarta.id, Senin (26/8/2024)

Selain itu, Qurratu Ainin juga menyebut aktivitas lain yang sebaiknya dihindari seperti gleaning dengan menginjak lamun karena dapat merusak keberadaan tumbuhan laut sejuta manfaat itu.

BACA JUGA: Tiga Desa di Kepulauan Selayar Peroleh Pendampingan untuk Pengembangan Desa Wisata

Dikutip dari laman Universitas Hasanuddin, unhas.ac.id, gleaning yang oleh warga Kepulauan Selayar disebut ngatti-ngatti, merupakan aktivitas pengumpulan hewan-hewan bentik yang terdapat di area padang lamun dan sekitarnya.

Aktivitas gleaning dapat berdampak negatif terhadap ekosistem lamun akibat penginjakan lamun dan koleksi biota selama proses gleaning.

Menurut Qurratu, kegiatan lain yang berpotensi merusak lamu diantaranya, reklamasi, aktivitas kapal; propeller dan jangkar, pencemaran dari limbah rumah tangga dan industri, tambak dan aktivitas pariwisata.

BACA JUGA: Selayar Green Festival Dorong Anak Muda Lebih Peduli Lingkungan

Website remsi Universitas Airlangga unair.ac.id, menyebut padang lamun memiliki beberapa fungsi sebagai penyaring nutrien yang berasal dari sungai atau laut, pemecah gelombang dan arus.

Lamun juga dapat mencegah erosi, serta meningkatkan kualitas air laut dengan membantu pengendapan substrat dan menstabilkan sedimen.

Secara ekologis berfungsi sebagai produsen primer, habitat bagi berbagai satwa laut, substrat bagi biota epifit, tempat asuhan dan pembesaran beberapa jenis biota yang menghabiskan masa dewasanya di habitat ini, melindungi biota di sekitarnya dari panas matahari yang kuat, dan pendaur zat hara.

Ikuti Kami :
Posted in

BERITA LAINNYA

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

WhatsApp-Image-2024-01-11-at-07.35.08