Menengok Aktivitas CSERM-UNAS di Selayar, Kembangkan Budidaya Teripang Secara Berkelanjutan

Ahmad Riadi
Teripang pasir atau holothuria scraba yang sedang dikembangkan lembaga CSERM-UNAS di Kepulauan Selayar. (Foto: x.com/@kkpgoid)
Teripang pasir atau holothuria scraba yang sedang dikembangkan lembaga CSERM-UNAS di Kepulauan Selayar. (Foto: x.com/@kkpgoid)

SELAYAR, Quarta.id- Karakter perairan Kepulauan Selayar menjadikannya strategis untuk pengembangan komoditas teripang, terutama teripang pasir.

Teripang pasir atau Holothuria scabra dikenal dengan nilai pasar yang menjanjikan, salah satunya karena memiliki kadar protein yang tinggi serta kandungan vitamin E yang dapat berperan sebagai antioksidan, serta mineral yang sangat penting.

Komoditas yang juga disebut timun laut ini, di hampir seluruh wilayah Indonesia, termasuk di Kepulauan Selayar, diperjualbelikan masih dari hasil tangkapan alam. Adapun aktivitas budidaya masih sangat terbatas.

BACA JUGA: Terkenal Lezat dan Bergizi Tinggi, Ikan Kakatua Sebaiknya Tidak dikonsumsi, ini Alasannya!

Website kkp.go.id pada tahun 2021 lalu menyebut, dalam dua dekade terakhir, kesulitan memperoleh teripang dari alam telah terjadi di Indonesia akibat penangkapan yang berlebihan. 

Cepat atau lambat, kepunahan spesies ini disebut semakin terbuka jika usaha budidaya tidak berhasil dilakukan.

Hal tersebut kemudian mendasari keberadaan Center for Sustainable Energy and Resources Management (CSERM) di Kepulauan Selayar. Lembaga yang berada dibawah naungan Universitas Nasional (UNAS) ini mulai menggalakkan budidaya teripang sejak tahun 2022 lalu.

BACA JUGA: Gandeng Komunitas Lokal, Universitas Nasional Gelar Ecobrick Fest di Kepulauan Selayar

CSERM-UNAS sejauh ini dikenal concern pada aktivits konservasi dan edukasi serta upaya pengembangan potensi lokal yang berkontribusi secara signifikan terhadap kesejahteraan ekonomi, sosial, dan lingkungan masyarakat yang berkelanjutan.

Di Kepulauan Selayar, budidaya komoditas teripang oleh CSERM-UNAS, dilakukan dengan pendekatan berkelanjutan, mulai dari edukasi pelestarian lingkungan, pemanfaatan Teknologi Tepat Guna (TTG), hingga pelibatan masyarakat lokal, terutama kaum Perempuan.

“Kita sebut dengan pendekatan focus gender, dimana perempuan dilibatkan dalam berbagai aspek pada proses budidaya teripang dan sekaligus upaya pelestarian lingkungannya, “ucap Quarratu Ainin, Peneliti dari CSERM-UNAS yang menjadi project manager dari aktivitas budidaya teripang di Kepulauan Selayar kepada Quarta.id, Minggu (4/8/2024).

BACA JUGA: Selayar Green Festival Dorong Anak Muda Lebih Peduli Lingkungan

Hingga saat ini upaya budidaya teripang ini telah dilakukan pada empat titik dengan pelibatan partisipasi kaum Perempuan hingga 100 orang, masing-masing di Desa Bontobangun, Kahu-kahu, Bontoborusu dan Desa Lowa.

“Untuk aktivitas utamanya sendiri mulai dari pengindukan, pembenihan, pembesaran, pemeliharaan keramba hingga pendampingan untuk edukasi pengelolaan teripang menjadi komoditas siap jual,” lanjut Quratu.

Budidaya Teripang oleh CSERM-UNAS di Kepulauan Selayar, sejauh ini terlaksana dengan membangun sinergitas pada stakeholder yang ada seperti Bappelitbangda, Dinas Perikanan dan Kelautan serta unit kerja lain seperti Unit Pelaksana Teknis (UPT) Balai Benih Ikan (BBI).

BACA JUGA: BPSPL Makassar Latih Komunitas Lingkungan di Kepulauan Selayar Selamatkan Mamalia Laut Terdampar

Data Badan Pusat Statistik (2019) menyebut, volume ekspor produk teripang Indonesia pada Januari hingga Juli 2019 mencapai 780.803 kg, dengan nilai mencapai US$ 8.762.309. Rata-rata ekspor teripang diantaranya untuk memenuhi kebutuhan pasar Asia

Menurut Qurratu Ainin dari CSERM-UNAS, dengana sistem budidaya, peluang pengembangan teripang secara massal di Kepuauan Selayar sangat terbuka, meskipun beberapa tantangan alam perlu menjadi pertimbangan.

“Tantangannya berupa siklus munson barat yang bisa mempengaruhi konstruksi pada aktvitas budidaya, adanya beberapa predator teripang seperti halnya kepiting rajungan dan media untuk tumbuh kembang teripang seperti padang lamun yang pada beberapa titik mengalami degradasi,” imbuh Qurratu.

Teripang memiliki peran penting menjaga ekologi di alam. Hewan ini membantu untuk menjaga keseimbangan ekosistem perairan dangkal, memakan sedimen/sisa bahan organik, bakteri, dan mikroorganisme.

Ikuti Kami :
Posted in

BERITA LAINNYA

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

WhatsApp-Image-2024-01-11-at-07.35.08