BENTENG, Quarta.id- Papan bicara yang mencantumkan petunjuk evakuasi dan informasi lain terkait bencana tsunami, terpampang pada salah satu titik di Kota Benteng, Ibukota Kepulauan Selayar, tepatnya pada areal Taman Pelangi.
Fasilitas tersebut mulai terpasang pada hari Senin, 29 Juli melalui seremoni yang dihadiri oleh pihak Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPPD), perwakilan Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) dan stakeholder terkait.
Pengamat Meteorologi dan Geofisika (PMG) Madya dari BMKG Wil. IV Makassar, Muh. Imran Tahir, S.Si. menyebut, pemasangan papan peringatan sebagai kesiapsiagaan terhadap kemungkinan terjadinya bencana tsunami pada wilayah peisisr Kepulauan Selayar, terutama di Kota Benteng dengan jumlah populasi penduduk yang signifikan.
BACA JUGA: Perkuat Kesiapsiagaan, BMKG Gelar Sekolah Lapang Gempabumi dan Tsunami di Kepulauan Selayar
Menurut Imran, potensi bencana gempabumi dan tsunami di Kepulauan Selayar sangat terbuka, mengingat letak Kepulauan Selayar secara geografis berdekatan dengan beberapa zona sumber gempa bumi
“Di Kepulauan Selayar ada Sesar Selayar Timur dan Barat, serta Patahan Busur Belakang Flores di Selatan Kepulauan Selayar,” ungkap Imran saat berbincang dengan Quarta.id, Rabu (31/7/2024) di Benteng, Kepulauan Selayar.
Meski demikian, Imran menyampaikan perkiraan kenaikan debit air laut di daratan Selayar dan Kota Benteng hanya berkisar satu meter pada insiden tsunami yang mungkin terjadi.
BACA JUGA: Dua Kali Warga Kepulauan Selayar Rasakan Gempa Hari Ini, Gempa Kedua Sempat Buat Panik
“Tapi perlu diingat, satu meter itu berbeda dengan kondisi banjir rob atau air pasang biasa dimana air relatif tidak memiliki daya. Pada kondisi tsunami, pertambahan satu meter diikuti dengan daya yang dapat merusak bangunan dan fasilitas lain di wilayah pesisir,” lanjut Imran.
Pada kesempatan yang sama, Imran juga menyampaikan risiko paling parah saat terjadi tsunami di Kepulauan Selayar adalah pada Pulau Kayuadi, Kecamatan Taka Bonerate dan sekitarnya.
“Untuk Pulau Kayuadi resikonya paling besar, sampai 6 meter karena berdekatan dengan Sesar yang ada,” ungkapnya.
BACA JUGA: BPSPL Makassar Latih Komunitas Lingkungan di Kepulauan Selayar Selamatkan Mamalia Laut Terdampar
Imran menyebut, kewaspadaan harus dibangun dengan melibatkan berbagai kepentingan, mulai dari masyarakat, pemerintah hingga komunitas.
“Yang bisa kita lakukan adalah meminimalkan resiko, sehingga yang perlu disiapkan adalah pemahaman, kesiapan sistem mitigasi, SDM dan infrastruktur,” Imbuh Imran.