Akademisi di Makassar Lakukan Penelitian Bahaya Kandungan BPA pada Galon Isi Ulang, Seperti Ini Hasilnya

Citra Wardhani
Ilustrasi Air Minum Dalam Kemasan (AMDK). (Foto: unsplash.com/Johnny Z)
Ilustrasi Air Minum Dalam Kemasan (AMDK). (Foto: unsplash.com/Johnny Z)

MAKASSAR, Quarta.id- Isu terkait kandungan Bisfenol-A (BPA) pada galon isi ulang, sempat ramai dalam beberapa waktu terakhir.

Kekhawatiran terkait migrasi kandungan BPA pada minuman dalam galon yang dikonsumsi sebagian besar masyarakat, menjadi alasannya

Meresepons hal tersebut, tiga akademisi di Makassar melakukan penelitian terkait luruhan BPA dari kemasan galon.

BACA JUGA: Lakukan Penelitian di Kepulauan Selayar, Akademisi Ini Ingatkan Bahaya Mikroplastik

Penelitian dilakukan oleh Ketua Program Studi Kimia Universitas Islam Makassar, Endah Dwijayanti bersama dengan tiga rekannya, yakni Rachmin Munadi dan Sri Wahyuningsih dari Universitas Islam Makassar, serta Iffana Dani Maulida dari Program Studi Teknologi Pangan Universitas Terbuka.

Penelitian ini menggunakan peralatan berupa Gas Chromatography-Mass Spectrometry (GCMS), untuk mendeteksi BPA hingga ke struktur kimianya.

BACA JUGA: Hari Pariwisata Dunia: Kampung Penyu dan Ancaman Nyata Pemanasan Global

“Kami mengumpulkan beberapa sampel galon polikarbonat guna ulang dari tiga titik di lima kecamatan, lalu kami uji kandungan BPA-nya. Setelah dianalisis dengan instrumen GCMS, hasilnya negatif, menunjukkan tidak ada kandungan BPA yang terdeteksi dalam air galon tersebut, jelas Endah pada acara diskusi media “Forum Ngobras” di Makassar, Rabu, (20/11/2024).

Untuk memverifikasi hal tersebut secara ilmiah, Endah dan tim mengambil sampel air galon dari tiga titik di lima kecamatan di Makassar secara random.

“Teknik pengambilan sampel dilakukan untuk memastikan representasi distribusi produk secara menyeluruh,” lanjut Endah.

BACA JUGA: Dari Pawai Bebas Plastik 2023: Pemerintah Diminta Serius Tangani Polusi Sampah Plastik

Penelitian yang berjudul “Analisis Bisphenol-A dan Di-ethylhexyl Phthalates dalam Air Galon Yang Beredar di Kota Makassar” ini telah diterbitkan di Food Scientia, Journal of Food Science and Technology, Universitas Terbuka pada Juni 2023 lalu.

Sementara itu, dalam kesempatan yang sama, Gusnawati selaku Dosen Program Studi Teknik Kimia Fakultas Teknologi industri Universitas Muslim Indonesia (UMI) menjelaskan penelitian serupa.

Penelitian dimaksud berjudul “Analisis Migrasi Cemaran Bisphenol-A BPA Kemasan Plastik Polikarbonat PC pada Produk Air Minum dalam Kemasan Galon di Wilayah Kota Makassar”

BACA JUGA: Kesadaran Disebut Masih Rendah, FKG UMI Edukasi Mayarakat Selayar Terkait Kesehatan Gigi dan Mulut

Penelitian ini telah dipublikasikan di Jambura, Journal of Chemistry, Universitas Negeri Gorontalo.

Gusnawati Dkk melakukan riset dengan instrumen atau alat ukur berupa Spektrofotometri UVVis yang merupakan metode umum untuk melakukan pengujian analisis kandungan zat pada industri farmasi dan makanan.

“Dalam penelitian ini, tidak ditemukan BPA pada galon polikarbonat dengan kode No.7 yang disimpan baik di dalam maupun di luar ruangan selama 7 hari. Plastik polikarbonat tidak terurai pada suhu normal, sehingga tidak ada BPA yang terdeteksi berpindah kepermukaan galon atau ke air di dalamnya,” kata Gusnawati.

Apa itu Senyawa BPA ?

Pakar farmasi Universitas Airlangga (UNAIR), Prof Junaidi Khotib SSi MKes PhD Apt pada laman unair.ac.id, Oktober 2023 lalu memberikan penjelasan terkait BPA pada Air Minum Dalam Kemasan (AMDK)

Prof Junaidi menjelaskan bahwa BPA ini merupakan senyawa sintesis yang menjadi komponen pembentuk polimer polikarbonat.

Apabila senyawa BPA bereaksi dengan senyawa difenil karbonat maka akan bertransformasi menjadi polikarbonat. Senyawa ini bisa menjadi pilihan karena dapat menciptakan kemasan plastik yang kuat.

BACA JUGA: “Jeknek Sappang”, Minuman Para Pendahulu yang Ternyata Kaya Manfaat

“Komponen BPA pada plastik polikarbonat akan mampu mempertahankan bentuk dan menjaga agar tidak mudah mengalami kerusakan,” jelas Dekan Fakultas Farmasi UNAIR itu.

Kandungan BPA dalam polikarbonat ternyata dapat bermigrasi ke makanan atau minuman yang ada dalam kemasan tersebut.

Peristiwa ini terpengaruh oleh paparan cahaya matahari, suhu yang tinggi, hingga perubahan keasaman air. Sementara itu polikarbonat ternyata dalam penelitian terbukti merupakan senyawa pengganggu sistem endokrin (endocrine disruptor).

Beberapa gangguan yang dapat terjadi pada sistem endokrin seperti diabetes melitus, kanker, tekanan darah tinggi, dan lainnya. Tak hanya itu, polikarbonat dapat menyebabkan gangguan fertilitas, gangguan mental, hingga tumbuh kembang anak. 

Ikuti Kami :
Posted in

BERITA LAINNYA

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

WhatsApp-Image-2024-01-11-at-07.35.08