Jakarta- Kota Jakarta dan sekitarnya masih diselimuti polusi udara yang sangat buruk. Warga pun semakin banyak yang terkena penyakit infeksi saluran pernapasan akut (ISPA).
Namun, hal yang harus menjadi perhatian, polusi udara tidak hanya dpaat menimbulkan ISPA atau penyakit paru dan pernapasan lainnya. Lebih dari itu, polusi udara juga dapat berdampak pada usia harapan hidup. Warga yang hidup di kota dengan polusi udara akan mengalami pengurangan usia harapan hidup.
Ketua Majelis Kehormatan Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI) Tjandra Yoga Aditama menyampaikan itu berdasarkan hasil penelitian di India. Terbukti, penduduk New Delhi mengalami penurunan rentang usia (life span) menjadi lebih pendek 11,9 tahun.
“Baik kalau juga dilakukan penelitian ‘Air Quality Life Index’ di negara kita, sehingga kita tahu pasti ada tidaknya dampak polusi udara pada usia harapan hidup kita bersama, dan kalau ada maka seberapa besar kehilangan tahun kehidupannya,” ujar maintan Direktur WHO Asia Tenggara tersebut melalui keterangan tertulis, Kamis (31/08/2023).
Penelitian di Indonesia disebut perlu dilakukan dan dimulai sejak sekarang, sehingga pada saatnya nanti akan diperoleh data ilmiah yang valid dan dapat dipercaya.
“Semoga pihak terkait segera mengambil langkah yang tepat,” ujar profesor yang pernah lima tahun berdomisili di New Delhi ini.
Tjandra memaparkan, pada 29 Agustus lalu, University of Chicago’s Energy Policy Institute mengeluarkan hasil penelitian “Air Quality Life Index (AQLI) Study” untuk India dan sekitarnya. Penelitian AQLI ini menganalisa dampak polusi pada usia harapan hidup (life expectancy).
Publikasi 29 Agustus 2023 ini adalah analisa berdasar data 2021, di mana pada tahun itu kadar rata-rata tahunan (yearly average) PM2.5 di New Delhi adalah 126.5 g/m3. Artinya, lebih 25 kali dari batas rekomendasi WHO yang 5 g/m3.
Angka bahan partikulat juga tercatat tinggi di New Delhi pada 2021 itu. Tingginya kadar polusi udara pada 2021 itu ternyata memberi dampak penurunan rentang usia (life span) penduduk New Delhi menjadi lebih pendek 11,9 tahun, kalau digunakan batas aman menurut WHO.
“Analisa lain, kalau menggunakan data standar polusi nasional India maka penduduk New Delhi dapat kehilangan usia harapan hidup selama 8,5 tahun,” ujarnya.
Penelitian ini juga menyajikan kesimpulan bahwa polusi bahan partikulat merupakan risiko terbesar yang mengancam kesehatan di India, bahkan melebihi dampak penyakit kardiovaskuler dan malnutrrisi maternal dalam hal penurunan angka usia harapan hidup.
“Secara rata-rata penduduk India kehilangan 5,3 tahun usia harapan hidupnya akibat polusi partikel, sementara angka kehilangan usia harapan hidup akibat penyakit kardio vaskuler adalah 4,5 tahun dan kalau akibat malnutrisi maternal dan bayi adalah 1,8 tahun,” papar guru besar Fakultas Kedokteran UI ini.
Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa sekitar 67,4% penduduk India hidup dalam lingkungan polusi udara yang melebihi standar kualitas udara (air quality standard) yang ditetapkan pemerintah setempat sebesar 40 μg/m3.
Laporan penelitian ini juga menunjukkan bahwa di kawasan Asia Selatan partikel polusi meningkat 9,7% pada kurun waktu 2013 sampai 2021. Di India peningkatan kadar PM2,5 adalah 9,5%, di Pakistan 8,8% dan di Bangladesh juga naik sebesar 12,4%.
Analisa lanjutan penelitian ini menunjukkan bahwa rata-rata polusi partikel tahunan (average annual particulate pollution) di India meningkat 67,7% dari 1998 sampai 2021.
“Hal ini memperberat lagi penurunan angka harapan hidup rata-rata sebesar 2,3 tahun,” tandasnya.