SELAYAR, Quarta.id- 44,63 % keluarga di Kepulauan Selayar beresiko melahirkan anak stunting berdasarkan data terbaru dari Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPPS) Provinsi Sulsel pada semester 1 tahun 2024.
Pada laporan yang dirilis oleh Badan Perencanaan Pembangunan, Penelitian dan Pengembangan Daerah (Bappelitbangda) Sulsel Juli 2024 lalu itu, menyebutkan Kepulauan Selayar menempati urutan pertama persentase jumlah keluarga yang beresiko melahirkan anak stunting, yakni 8.652 keluarga.
BACA JUGA: Sulsel Masih Berstatus Rawan Polio, 16.878 Anak Jadi Sasaran PIN Polio di Kepulauan Selayar
Di bawah Kepulauan Selayar ada Tana Toraja dengan jumlah keluarga 10.875 atau 41,76% dan diurutan ketiga adalah Pangkep dengan persentase keluarga rawan stunting sebanyak 34,42% (17.409 keluarga).
“Dari proporsi keluarga berisiko stunting terdapat 6 indikator penilaian diantaranya sumber air minum utama yang tidak layak,” tulis laporan yang dimuat pada bappelitbangda.sulselprov.go.id.
BACA JUGA: Dukung Pelaksanaan PIN Polio 2024, Ketua TP PKK Kepulauan Selayar: Vaksin Polio Aman dan Halal
Selain itu, ada lima indikator lain yang digunakan sebagai paramater, masing-masing jamban tidak layak, dan usia kehamilan terlalu muda, terlalu tua, terlalu dekat, terlalu banyak.
Pada laporan tersebut, persentase masing-masing indikator disebutkan yakni tidak mempunyai sumber air minum sebanyak 4%, jamban tidak layak sebanyak 11%, terlalu muda sebanyak 1%, terlalu tua sebanyak 24%, jarak kelahiran erlalu dekat sebanyak 1% dan kelahiran terlalu banyak sebesar 33%.
BACA JUGA: CSR Pelindo Sasar Persoalan Stunting di Sulawesi Selatan
Bone, Pare-Pare dan Soppeng adalah tiga kabupaten di Sulawesi Selatan yang memiliki jumlah dan persentase keluarga paling rendah dalam hal kemungkinan melahirkan anak stunting.
Kabupaten Bone hanya memiliki 15,58% keluarga yang beresiko melahirkan anak stunting. Pare-Pare 20,16%, sementara Soppeng 22,27%.